oleh

Setanggor Dipilih Profesor Universitas Brawijaya Untuk Kembangkan Manajemen Kelembagaan Desa Wisata

Lombok Tengah – Menjadi finalis ADWI (anugerah desa wisata Indonesia) 2023 bersama 75 desa wisata lainnya di Indonesia, membuat Desa Setanggor menjadi pilihan akademisi Universitas Brawijaya untuk mempelajari system kelembagaan desa wisata.

Pakar kepemimpinan lintas budaya Universitas Brawijaya, Profesor Dodi W. Irawanto menyebutkan bahwa arah pengembangan desa wisata saat ini adalah untuk menjaga keberlanjutan dari ke unikan yang ditawarkan kepada pelanggan. Tepatnya adalah bagaimana kepemimpinan pokdarwis yang diaplikasikan untuk pengembangan dari desa wisata tersebut.

Pada tanggal 3 Agustus 2023, tim peneliti Center of Excellence Universitas Brawijaya menyelenggarakan FGD dan mini workshop kepada anggota pokdarwis Setanggor di Pendopo Pokdarwis Setanggor. Hadir Kepala Dinas  Pariwisata yang juga Asisten Setda II bidang Ekonomi Kabupaten Lombok Tengah H. Lendek Jayadi SE., MM yang menyampaikan bahwa apa yang kita lihat di Desa Setanggor ini adalah keunikan potret desa wisata asli Lombok Tengah dan beliau mengapresiasi kerja dari seluruh anggota pokdarwis yang secara sukarela dan berkomitmen dalam menjaga citra dari destinasi wisata unggulan di kawasan KEK Mandalika ini.

Yang menjadi luar biasa adalah peran ketua Pokdarwis yang di NTB dikenal sebagai salah satu perempuan penggerak desa wisata yaitu Fatmawati Soekarni yang pasca Covid19 melakukan terobosan-terobosan jitu dalam menyiapkan Setanggor menjadi finalis ADWI.

Dalam FGD Prof Dodi menyampaikan bahwa dalam menjaga keberlangsungan dari desa wisata dibutuhkan arah kepemimpinan yang jelas dan menjawab isu-isu strategis tanpa meninggalkan kearifan lokal yang ada.

Banyak desa wisata yang viral sesaat kemudian hilang ditelan bumi, ini menandakan bahwa manajemen kepengelolaanya tidak baik. Salah satu indikator kenapa hal ini terjadi adalah pimpinan pokdarwis nya tidak menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat, bisa jadi terlalu transaksional bahkan juga mungkin over transformasional. Dalam memimpin organisasi, utamanya organisasi informal semacam pokdarwis ini, sendi-sendi kepengelolaan manajemen tetap harus dilaksanakan.

Baca Juga :  Fir’aun DPO Curanmor Sadis dan Licin Di Dor

FGD ini merupakan langkah awal bagi tim Universitas Brawijaya untuk merumuskan model kepemimpinan efektif di kepengelolalaan desa wisata secara nasional bersama dengan 4 desa lainya di seluruh Indonesia yakni Desa Wae Rebo di NTT, Desa Pentingsari di DIY, Desa Panglipuran di Bali dan Desa Hilisimaetano di Nias.

Diharapkan akhir tahun ini rumusan model kepemimpinan yang tepat dalam kepengelolalan desa wisata dapat dirumuskan oleh tim peneliti Brawijaya dan direkomendasikan kepada Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk bahan kajian akademis dalam pengembangan desa wisata berkelanjutan nantinya ujar Prof Dodi. Pada akhir mini workshop Fatma menyampaikan rasa tersanjung nya dimana Setanggor dipilih menjadi salah satu desa untuk pengambilan data untuk misi akademis mulia ini dan merupakan kehormatan bagi seluruh elemen Pokdarwis Setanggor bisa terlibat.(*/red)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *