oleh

RSUD ASY – SYIFA ‘ Sumbawa Barat Kini Buka Klinik Jantung & Pembuluh Darah

Sumbawa Barat – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Asy – Syifa’ Kabupaten Sumbawa Barat terus berupaya meningkatkan fasilitas dan pelayanan bagi masyarakat. Kabar baiknya, kini hadir layanan baru berupa Klinik jantung dan pembuluh darah, yang ditangani oleh dokter yang handal dan berpengalaman.

Direktur RSUD Asy-Syifa dr. Carlof Sitompul menyampaikan, sebagai bentuk keseriusan dan kepedulian Management RSUD Asy-Syifa, pada Kamis,  6 Juli 2023, telah bergabung dokter spesialis penyakit dalam yang baru yaitu dr. Gus De Janardhana, Sp. PD ( Spesialis Penyakit Dalam) dan dr. Luh Putu Previyanti Dharma Putri dari KSM Jantung dan Pembuluh.

” Kami mengucapkan selamat datang kepada dr. Gus de dan dr. Evi, selamat bergabung di RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat dan mari kita bersama-sama berjuang untuk memberikan layanan paripurna kepada masyarakat, hal ini merupakan bentuk keseriusan kami dalam menyiapkan layanan terbaik untuk masyarakat Sumbawa Barat ” kata Carlof.

Menurut Carlof penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia, berdasarkan Global Burden of Desease dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019 penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukan tren peningkatan  penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018.

Lanjut Carlof, data pada 2018, terdapat 4,2 juta orang warga menderita penyakit jantung, sedangkan angka kematian mencapai 14,4 persen.

“ Bahkan penyakit jantung ini menjadi beban biaya terbesar. Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2021 pembiayaan kesehatan terbesar ada pada penyakit jantung sebesar Rp.7,7 triliun. penyakit jantung menjadi penyumbang angka kematian tertinggi di Indonesia.,” terang dr.Carlof.

Untuk itu lanjutnya, diperlukan kemampuan masyarakat untuk mengetahui gejala penyakit jantung dan bagaimana langkah penanganannya jika terjadi serangan jantung.

“Jika dideteksi lebih awal, nantinya dapat mempercepat penanganan dan mengurangi angka kematian,” jelas Carlof.

Seiring hal ini, dikatakan Carlof lagi Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah menetapkan adanya transformasi di bidang kesehatan. Ia telah menetapkan ada 6 jenis transformasi yang akan dilakukan, yakni : transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan. Untuk Transformasi Layanan Rujukan akan dimulai dengan tiga penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia yaitu penyakit jantung, stroke, dan kanker.

Sebagai contoh menurut Carlof, untuk penyakit jantung, tidak semua provinsi memiliki rumah sakit dengan fasilitas untuk pasang ring di jantung. Kementerian Kesehatan dari 34 provinsi yang bisa melakukan operasi pasang ring itu hanya 28 provinsi. Kemudian kalau pasien sudah dipasang ring juga tidak bisa, maka tindakan berikutnya adalah bedah jantung terbuka, ini jumlahnya turun lagi dari 28 provinsi kalau tidak salah ke 22 provinsi. Sehingga Kementerian Kesehatan punya target bahwa rumah sakit di seluruh provinsi pada 2024, harus bisa melayani penyakit jantung, stroke, dan kanker.

“ Apa yang kita lakukan hari adalah langkah awal dalam mewujudkan transformasi layanan kesehatan dalam penanganan penyakit jantung di KSB. Setelah pertemuan antara Bpk Menkes dan Bpk Bupati beberapa waktu yang lalu, beliau langsung memerintahkan saya untuk mewujudkan pelayanan penyakit jantung hingga nanti di KSB bisa melaksanakan tindakan pemasangan ring jantung,’ ujar Carlof

Carlof juga menyampaikan, faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler adalah hipertensi, obesitas, merokok, diabetes mellitus, dan kurangnya aktifitas fisik. Sehingga untuk mencegah penyakit jantung, masyarakat disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan mengontrol tekanan darahnya. Dan, bagi penderita kencing manis atau diabetes juga perlu mengontrol gula darahnya. Karena, kadar gula yang tidak terkontrol juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

“Selain itu, direkomendasikan melakukan olah raga atau aktivitas fisik selama 150 – 300 menit per minggu,” jelasnya.

Dibagian akhir, Carlo menyampaikan dengan hadirnya dokter spesialis penyakit dalam yang baru dan hadirnya layanan  jantung dan pembuluh darah di RSUD Asy-Syifa, sarana dan prasara pun disiapkan dan akan terus ditingkatkan sebagaimana layanan lain yang telah berjalan sebelumnya sehingga RSUD Asy-Syifa’ Sumbawa Barat bisa benar-benar dirasakan kehadirannya oleh masyarakat.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

88 komentar

  1. For the most part, exchanges only allow direct cryptocurrency credit card purchases for large coins such as Bitcoin, Ethereum and Litecoin. Once you receive the coins, however, it’s easy to swap them for your altcoin of choice. Both Coinbase and Binance, for example, offer a diverse selection of cryptocurrencies you can choose from after you buy BTC or ETH with your credit card. In this part of our guide, we will show you how to buy Bitcoin with a debit card with our recommended broker eToro. As previously mentioned, this is one of the best platforms for trading financial digital assets, as you can purchase Bitcoin outright and through CFDs.  Bisq is open-source, peer-to-peer software that allows you to buy and sell cryptocurrencies in exchange for national currencies. It allows you to buy bitcoin with credit card with no verification.
    https://wol.co.kr/bbs/board.php?bo_table=free&wr_id=543724
    The Global X Blockchain & Bitcoin Strategy ETF (BITS) is an actively-managed fund that seeks to capture the long-term growth potential of the blockchain and digital assets theme. The Fund takes long positions in U.S. listed bitcoin futures contracts and invests, directly and or indirectly, in companies positioned to benefit from the increased adoption of blockchain technology. BITS will not invest directly in bitcoin, and it currently delivers exposure to blockchain companies through other ETFs, including the affiliated Global X Blockchain ETF. We use some essential cookies to make our services work. After weeks of relative tranquility in the crypto realm, a dramatic sell-off event pushed Bitcoin down a steep 9% from … Official Partners Business Solutions including all features.

  2. The regulatory environment around the crypto market can also influence Bitcoin’s price. Bitcoin is generally unaffected by new regulations targeting altcoins. However, new regulations or fear of regulations can push investors into Bitcoin as opposed to other digital assets. Bitcoin’s price and stock-to-flow are “co-integrated,” he stated last week, reposting the long-term stock-to-flow trajectory. CFX crypto price prediction indicates the neutral to bearish sentiments and perspectives of investors and traders regarding the crypto in the daily time frame. Conflux price action highlights a consolidation to a negative outlook at the time of publishing. Moreover, the most sought and reliable technical oscillators like RSI, EMA, and MACD suggest the continuation of neutrality over the daily time frame chart regarding the price.
    http://donga-ceramic.com/gnuboard5//bbs/board.php?bo_table=free&wr_id=318669
    By early 2013, the leading cryptocurrency had recovered from a prolonged bearish episode and rose above $1,000, albeit only briefly. But with the infamous Mt Gox hack, China announcing its first ban on crypto and other situations, it took a further four years for the BTC price to return to above $1,000 again. Once that level was passed, however, bitcoin’s price continued to surge dramatically throughout 2017 until BTC peaked at its previous long-standing all-time high of $19,850. In 2012, the price of Bitcoin was only a few euros. It was only really in 2013 that its price started to take off – reaching the symbolic €1,000 mark in 2014. More and more businesses and stores from all sectors were accepting Bitcoin as a proper means of payment. At the time, you had to sell Bitcoin on a trading platform to obtain a bank payment in the local currency of the business. This proved not to be an obstacle and the trend showed the growing legitimacy of cryptocurrencies across the world, with Bitcoin leading the way (as it still is).