oleh

Peran Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Anak di Masa Pandemi Covid-19

oleh : Silviana Lestari

Penelitian ini menggunakan pendekatan ataupun metode kualitatif, sebagai upaya untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya menggunakan penekanan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini berupa menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian dianalisis berdasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk memberikan solusi tentang mengatasi akhlak anak dalam pembentukan akhlak anak. Penelitian ini terfokus pada peran orang tua dalam membentuk akhlak anak di masa pandemi covid-19.

Adapun mengenai kondisi akhlak anak pada masa pandemi menurut pengamatan peneliti sangat menghawatirkan hal tersebut dikarenakan banyak sekali ditemukan perilaku anak yang mencerminkan akhlak yang kurang terpuji seperti sering ditemukan anak yang kurang menghormati orang tua hal tersebut dapat dilihat ketika mereka bertemu orang yang lebih tua tidak menegur atau memberikan salam bahkan melawan orang tua apabila di nasehati, sering ditemukan anak yang berbicara kotor, sering ditemukan anak yang suka berbohong dan hal tersebut tidaklah sesuai dengan ajaran agama yang mengajak umat untuk berperilaku yang baik atau yang biasa kita dengar dengan sebutan akhlakul mahmudah/akhlak terpuji.

  1. Tidak sopan kepada orang tua

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan bapak Dedi salah satu orang tuabeliau mengatakan bahwa:“Anak ketika saya ataupun ibunya menashetinya terkadang dia cuek, acuh tak acuh sambil main HP, bahkan langsung pergi ketika sedang di nasehati, kemudian saat hendak bepergian dari rumah terkadang mereka tidak lagi pamitan, saat kembalipun mereka terkadang langsung nyelonong masuk rumah.

Untuk lebih jelasnya peneliti menanyakan hal tersebut kepada Zulhadi Selaku anak dari Bapak M. Dedi, ia mengatakan: “Terkadang saya memang tidak lagi berpamitan saat hendak pergi begitu juga saat baru datang ke rumah saya juga tidak mengucapkan salam tapi tidak itu hanya sesekali”.

  1. Berbohong (tidak jujur)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Kaminar ia mengatakan: “Saya pernah di hubungi oleh pihak sekolah, karena anak saya jarang  masuk ketika pelaksanaan pembelajaran secara daring (online), saat saya tanya kenapa tidak masuk, ia mengatakan karena tidak ada kuota padahal saya sudah memberikan uang yang cukup untuk beli pulsa kuota”.

  1. Berbicara Kotor

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Solmidawati beliau mengatakan bahwa: “Anak-anak di sekitar sini memang terkadang saya mendengar keluar dari mulut mereka kata-kata kotor saat kumpul-kumpul bersama temannya,walaupun hal tesebut hanya sekedar candaan ataupun tidak sengaja mereka ucapkan karena sudah menjadi kebiasaan, yang kami khawatirkan akan dapat berpengaruh terhadap anak-anak yang lainnya”.

Kemudian peneliti mewawancarai M. Faiz Al-Farizi salah satu anak ia mengatakan: “Saat kumpul-kumpul atau nongkrong bersama teman-teman mencarut (kata-kata kotor) itu sudah menjadi gelar dan panggilan saat kami sedang bercanda, tapi terkadang saya marah juga kalau di panggil begitu dengan teman saya, bukan hanya saya juga yang marah tapi yang lain-nya juga, meskipun karena itu kami sering bermusuhan tapi hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk di itnggalkan, orang tua saya terkadang sering lewat dan mendengar kami berbicara kotor, kemudian saya marahi dan di larang untuk tidak main bersama mereka lagi, tapi kadang-kadang saya masih bermain bersama mereka”

Adapun peran orang tua dalam membina akhlak anak adalah seperti meluangkan waktu untuk anaknya, menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak, memberikan contoh/teladan yang baik, selalu memberikan nasihat yang baik terhadap anak, memilih dan membatasi pergaulan anak serta memilih pendidikan yang baik untuk anak.

  1. Bertengkar

Berdasarkan wawancara dengan M. Faiz Al-Farizi salah satu anak ia menyatakan:“Saya juga sering melihat teman-teman saya bertengkar padahal awalnya mereka bermain-main, bertengkar karena gelar-gelaran berbicara kotor dengan temaannya kemudian tersinggung dan bertengkar, saya pun terkadang marah juga kalau di panggil dengan yang bukan nama saya meskipun itu hanya sekedar candaan”.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas pada point pertama yaitu perilaku tidak  sopan  kepada orang tua dapat di ambil kesimpulan bahwa anak-anak kurang sopan kepada orang tua hal tersebut di buktikan ketika anak di beri nasehat mereka terkadang cuek dan mengabaikannya. Kemudian saat mereka pergi keluar rumah pun mereka tidak lagi pamit ataupun minta izin kepada orang tua, dan saat mereka masuk kerumah pun mereka terkadang tidak menyapa dan menyalami orang tuanya.Padahal hal tersebut adalah salah satu bentuk penghormatan anak kepada orang tua.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas pada point kedua yaitu Berbohong (tidak jujur) bahwa anak-anak sering kali berbohong kepada orang tua mereka, seperti misalnya mereka minta uang untuk beli kuota namun sebagian uang yang di berikan mereka gunakan untuk jajan, beli rokok dan sebagainya kemudian contoh kebohongan lain yang anak akukan adalah mereka berpamitan untuk pergi ke madrasah namun kenyataannya mereka tidak datang ke madarasah melainkan pergi bermain dengan temannya, padahal berbohong itu merupakan sifat tercela yang dapat berdampak negatif bagi pelakunya, seperti orang tua tidak lagi dapat mempercaya kita, begitu juga dengan orang lain, dan mendapatkan dosa, oleh karena itu kebiasaan bohong harus lah di hilangkan dari sekarang.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas pada point ketiga yaitu Berbicara Kotor bahwa anak-anak sangat kurang sekali dalam hal akhlak berbicara dan hal tersebut dapat di buktikan dari seringnya mereka mengucapkan kata-kata kotor terhadap sesama mereka, walaupun hal tersebut hanya sebatas candaan/gurauan di antara mereka karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan mereka, hal yang di khawatirkan bahwa dari bercandaan mereka menjadi pertengkaran di antara mereka dan menjadi pengaruh bagi anak-anak lainnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas pada point keempat yaitu bahwa anak-anak sering bertengkar dengan sesama temannya, penyebab pertengkaran tersebut terkadang hanya masalah sepele, seperti rebutan mainan, ejek-ejekan, mencarut, tersenggol dan lain sebagainya yang berujung perkelahian fisik, hal tersebut dapat membuat teman-teman lainnya menjadi takut bermain dengan dia, dan membuat dia di jauhi oleh teman-temannya.

Peran Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Anak Dimasa  Pandemic Covid-19

Adapun peran orang tua dalam membentuk akhlak anak adalah seperti meluangkan waktu untuk anaknya, menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak, memberikan contoh/teladan yang baik, selalu memberikan nasihat yang baik terhadap anak, memilih dan membatasi pergaulan anak serta memilih pendidikan yang baik untuk anak.

  1. Meluangkan waktu untuk anak

Contoh meluangkan waktu anak antara lain menemani bermain dan belajar, menjaga kedisiplinan waktu bersama anak, serta memanejemen waktu untuk memberikan perhatian

  1. Menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak

Dalam kehidupan sehari-hari di tengah kesibukannya dalam bekerja orang tua juga harus meluangkan waktu untuk membina anaknya dan menanamkan nilai-nilai keagamaan, karena hal tersebut sangat penting bagi anak seperti mengamalkan dan menerapkan rukun islam, berperilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela.mengajarkan anak mereka nilai-nilai keagamaan, dengan harapan anak mereka menjadi budi pekerti yang baik dan ketika mengerjakan sesuatu selalu

ingat kepada Allah SWT. seperti mengaji, mengajarkan sholat,menunjukkan sifat baik dan sifat tercela dengan harapan agar anak saya selalu mengingat Allah dan menjadi takut saat ingin membuat perbuatan yang tidak baik.

  1. Memberikan contoh/teladan yang baik

Sebagai kepala keluarga ayah ataupun ibu harus memberikan contoh  yang baik kepada anak-anaknya, karena mendidik anak adalah salah satu kewajiban orang tua dan orang tua juga merupakan madrasah/ sekolah pertama bagi anak. memberikan contoh-contoh yang baik kepada anaknya, seperti memberikancontoh untuk melaksanakan sholat fardu, memberikan contoh untuk bersedekah, memberikan contoh untuk tidak bermain Handphone, memberi contoh untuk melaksanakan puasa. memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anak-anaknya, mengajak anak untuk melakukan perbuatan baik maka orang tua yang terlebih dulu harus melakukkannya, agar anak dapat meniru perbuatan-perbuatan yang baik seperti melaksanakan sholat, bersedekah dan karena hadirnya teknologi maka orang tua cukup memegang handphone di depan anak apabila ada perlunya saja, hal tersbeut bermaksud agar anak tidak kecanduan handphone dan menjadi pribadi yang baik.

  1. Memberi nasehat yang baik

Memberikan nasihat terhadap anak sangat penting, karena dengan orang tua memberikan nasehat terhadap anak maka anak akan merasa sadar akan kesalahan yang telah di lakukannya dan berupaya agar tidak melakukan kesalahan di kemudian hari. nasehat yang di sampaikan tidak secara keras, namun nasehat yang di sampaikan kepada anak secara lemah lembut dengan tujuan agar anak mau mendengar nasehat yang di sampaikan orang tua mereka. jika melihat atau mengetahui anaknya melakukan kesalahan, jika kesalahan tersebut kecil maka orang tua hanya memberikan anaknya nasehat, namun jika sudah besar orang tua akan memarahi anaknya, mereka khawatir apabila di biarkan akan mengakibatkan anak menjadi kebiasaan.

  1. Membatasi pergaulan memilih teman bagi anak

Pergaulan dan teman adalah sesuatu yang penting bagi manusia terutama bagi anak, karena anak masih belum cukup umur dan belum bisa memilih mana teman yang baik dan mana teman yang buruk untuknya, teman dan pergaulan akan berpengaruh untuk kedepannya bagi anak jika berteman dengan teman yang buruk maka anak akan mengikutinya begitu juga sebaliknya jika anak berteman dengan teman yang buruk maka anak akan mengiktunya juga, maka dari itu peran orang tua sangat di butuhkan untuk memilih pergaulan bagi anak.

Orang tua memilih teman dan membatasi pergaulan anaknya karena dalam usia anak-anak mereka rentan mengikuti apa yang mereka ketahui, hal tersebut bermaksud agar anak tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas yang akan membuat anak terpengaruh dan dapat merusak anak.

Kondisi akhlak anak pada masa pandemi menurut pengamatan peneliti tidak cukup baik hal tersebut karena di temukan perilaku anak yang mencerminkankan akhlak kurang terpuji seperti sering melawan orang tua saat di nasehati, acuh tak acuh terhadap orang tua, dan kurang menghormati orang tua hal tersebut dapat di lihat ketika mereka ingin pergi keluar rumah tanpa pamit dan datang masuk ke dalam rumah tanpa salam, kemudian sering di temukan anak yang berbicara kotor, di temukan anak yang sering berbohong dan sering di temukan anak yang bertengkar hal tersebut tidak lah sesuai dengan ajaran agama yang mengajak umatnya untuk melakukkan perbuatan terpuji dan menghindari perilaku tercela.

Adapun peran orang tua dalam membentuk akhlak anak adalah seperti: Meluangkan waktu untuk anak, menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada anak, memberikan contoh/ teladan yang baik kepada anak, memberikan nasehat yang baik kepada anak jika anak melakukkan kesalahan, membatasi dan memilih pergaulan yang baik bagi anak.

Penulis adalah Mahasiswa UIN Mataram

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 komentar

  1. Ping-balik: erectile dysfunction