KMCNews – Sejumlah anak muda yang ada di Kelurahan Arab Kenangan Taliwang, berharap Pemerintah lebih peka melihat dan mencermati masalah yang ada khususnya dikalangan generasi muda.
Kasus narkoba di Sumbawa Barat marak terungkap dalam beberapa kurun waktu terakhir, sejatinya menjadi catatan dan perhatian serius Pemerintah karena bisa jadi ini disebabkan karena tidak ada pilihan dan kesempatan kerja ditengah-tengah generasi muda.
Bagi sejumlah anak muda di Kelurahan Arab Kenangan Kecamatan Taliwang, terjun dalam dunia narkoba bukanlah pilihan mengais rejeki yang baik apalagi ketergantungan.
Sebab sejak dini mereka umumnya terbiasa mengais rejeki dan menciptakan peluang sendiri dengan berdagang, karena di pengaruhi faktor lingkungan yang secara turun temurun melakukan perniagaan.
Namun disayangkan, kian hari Pemerintah dirasakan tak mampu memberikan solusi terutama berkaitan dengan kesempatan dan peluang kerja, boro –boro mau memberikan peluang kerja, peluang yang ada saja selama ini justru makin buyar ketika Pemerintah tidak tahu dan peka mendengar dari dekat bagaimana anak muda mengais rejeki.
“ Pemerintah terkesan hanya berpikir yang besar-besar dan industrialisasi saja, padahal peluang dan kesempatan kerja seperti berdagang asal Pemerintah peka dan mau turun mendengar dan mencermati masalah yang ada, itu merupakan peluang besar mengentaskan penggangguran terutama dikalangan anak muda,”cetus Firman Jawaz salah satu pemuda Arken, yang diamini sejumlah rekannya, saat bincang dengan KMCNews, Kamis (3/7/2020).
Firman mengaku kehadiran Pemerintah dalam membantu melalui modal melalui Kartu Bariri misalnya, bukanlah satu-satunya solusi, karena faktanya ada anak muda yang ketika mau berusaha tanpa menerima bantuan Pemerintah pun mereka Survive berniaga selama ini.Tapi justru yang menerima bantuan ditegaskannya patut dipertanyakan hasilnya seperti apa.
Menurut Firman, tidak ada pengaruh kehadiran bantuan seperti itu, yang paling diharapkan mereka para pedagang adalah Pemerintah hadir bukan sekedar bantuan dana tapi paling penting hadir mengatur regulasi dan pola serta cara-cara terkini agar tercipta kenyamanan, persaingan yang sehat, dan menghindari praktek monopoli pasar sehingga tercipta keadilan.
Seperti komunitas kecil sejumlah anak muda pedagang ayam potong misalnya, Firman mencontohkan, berbekal modal awal yang pas pasan dan ditekuni secara serius, selama ini mereka bisa berpenghasilan minimal Rp. 5 juta bahkan sampai Rp. 10 juta sebulan.
Namun seiring waktu, ada ketidakadilan disitu karena terjadinya praktek monopoli, dan disinilah justru menurut Firman Pemerintah diharapkan hadir memberikan solusi nyata, misalnya mengatur kuota saat daging datang dari luar daerah, apalagi Pemerintah serius menyiapkan peternakan ayam bagi masyarakat sehingga pedagang pun bisa berjualan dan berkelanjutan karena potensinya besar.
“ Saat ini ayam yang dijual datang dari Lombok karena pasokan lokal minim sementara kebutuhan daging ayam besar, yang datang dari Lombok terkesan di monopoli atau dikuasai segelintir orang, padahal banyak orang bisa berpenghasilan disini semestinya,”tandas Firman yang diiyakan sejumlah rekannya pebisnis Ayam potong.
Yang terjadi ketika ini tak teratasi, kembali Firman menjelaskan pedagang yang tadinya setiap hari bisa mengais rejeki dengan lancar, kini kian terancam dan terjepit.
Kedepan Firman berharap segera ada focus perhatian Pemerintah, dalam dunia peternakan terutama Ayam Potong ini saja akan banyak warga bisa berpenghasilan.
Menurutnya harus ada keberpihakan dan langkah konkrit Pemerintah karena bidang peternakan menciptakan multiplier effect ditengah masyarakat.
“ Jangan setengah-setengah disinilah konsistensi dan sungguh-sungguh dibutuhkan, bantuan-bantuan selama ini mestinya menghasilkan dampak luas yang berkesinambungan,”pungkas Firman.(K1)
Komentar
Komentar ditutup.