oleh

Pasien Penyakit Jantung Terus Bertambah di Indonesia, Ini Penyebabnya

KMCNews, – World Health Organization mengatakan, penyakit jantung menjadi pembunuh nomer satu di dunia. Angka tersebut sinkron dengan data Riset Kesehatan Dasar 2018 yang menunjukan adanya peningkatan pasien penyakit jantung dan data BPJS Kesehatan yang juga menunjukan penyakit jantung menduduki peringkat teratas dalam menghabiskan anggaran.

Di Indonesia, terus bertambah penderitanya. Padahal, penyakit jantung masuk dalam kategori Penyakit Tidak Menular (PTM). Kementrian Kesehatan menyebut, penyakit jantung meningkat akibat pola hidup masyarakat yang berubah.

dr. Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K) menambahkan, penyakit jantung secara garis besar terbagi menjadi dua. Penyakit jantung yang didapat, dan penyakit jantung bawaan. Dalam konteks faktor risiko, maka yang akan dibahas adalah penyakit jantung yang didapat.

“Kultur kita yang membuat kita jadi mempunyai faktor risiko penyakit jantung, yaitu pertama adalah makanan. Tidak usah jauh-jauh, daerah Sumatera, bagaimana makananya? Santan berlebih, minyak juga, dalainnya,” katanya seperti dilansir AkuratHealth di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

“Kemudian orang indonesia juga sudah terbiasa kalau makanan itu harus ada rasa asinnya. Orang jawa khas makanannya harus manis. Memang semua mengarah kepada masalah penyakit kardiovaskular, dari perantaranya hipertensi dan kencing manis, PTM memang saling berteman,” lanjutnya.

Sebuah studi menjelaskan, bahwa penggunaan maksimal garam hanyalah dua gram dalam satu hari. Tetapi orang Indoneaia rata-rata penggunaanya 15 gram satu hari, bahkan bisa lebih. Karena dua gram itu kurang lebih hanya dua sendok makan, jika dibagi kepada tiga kali makan pokok, dan cemilan, pasti tidak akan terasa di lidah orang indonesia.

“Rata-rata orang tanpa sadar makan dengan kadar garam tinggi. Orang berfikirnya ketika masak hanya menghunakan tidak sampai satu sendok makan, tapi mereka lupa, cemilan makanan yang dimakan rata-rata makanan yang sudah diproses, diawetkan, kebanyakan mengandung yodium yang tidak disadari menumpuk konsumsinya dalam tubuh,” jelasnya.

Kencing manis juga suatu hal yang menakutkan, perkembangannya di Asia sendiri diramalkan dalam waktu 20 tahun perkembangannya bisa 10 kali lipat. Terutama di negara dengan risiko tinggi seperti Indonesia. Sayangnya, kencing manis juga menjadi faktor risiko terjadinya penyakit jantung.

Kemudian kultur perkembangan teknologi, dan pergeseran sikap atau kebiasaan masyarakat terutama di kota-kota besar. Misalnya semakin mudahnya jangkauan kendaraan umum, maupun kendara pribadi, yang membuat seseorang lebih dimanjakan.

“Jarak deket aja pakai motor. Ngapaian pake sepedah genjot-genjot, panas, capek. Jadi itu salah sati hal yang tidak disadari sebeltulnya membuat seseorang memikiki faktor risiko penyakit jantung. Kemudian perokok, yang jumlahnya makin tinggi, terutama dikelompok usia muda. Terutama dengan makin berkembangnya, bentuk dari rokok itu sendiri,” tutupnya.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar

  1. Ping-balik: here