Masa sekarang, dimana berdiri berbagai suku dan kelompok organisasi yang menuntut adanya seorang panutan ditengah mereka agar mampu berinteraksi bersama dan terarah untuk mewujudkan suatu tujuan. Seorang panutan atau pemimpin yang mempunyai citra atau gambaran karakter figuran yang baik akan berdampak pada lingkungan kehidupan sekitarnya. Dengan adanya seorang panutan, orang akan memiliki motivasi dan bertanggung jawab atas dirinya. Hal ini dikarenakan adanya hasrat dalam diri untuk menjadi seperti panutan tadi dan berusaha menggiring diri agar bertanggung jawab atas tiap tindakannya. Salah satu contoh pemimpin yang dapat dijadikan panutan adalah Umar bin Abdul Aziz.
UMAR BIN ABDUL AZIZ
Khalifah ke-8 Dinasti Umayyah, pada 717-720 Masehi adalah salah satu diantara sekian gambar pemimpin Islam yang memiliki nilai kepemimpinan yang membuat namanya harum, dikarenakan kecakapan dan keberhasilannya dalam mensejahterakan rakyat. Lahir dari pasangan Abdul Azis bin Marwan bin Al-Hakam dan Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Al-Khattab. Umar bukanlah keturunan khalifah sebelumnya sebagaimana pada umumnya, bahwa khalifah berikutnya adalah keturunan langsung khalifah. Dia ditunjuk langsung oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, yang merupakan khalifah ketujuh sekaligus keponakan Umar.
Diantara nilai kepemimpinan khalifah Umar Bin Abdul Aziz yakni mengirim utusan keberbagai daerah untuk memantau kinerja para gubernur. Jika terjadi penyimpangan, beliau tidak segan untuk memecat para gubernur itu. Beliau juga mengembalikan tanah yang dirampas oleh penguasa kepada pemiliknya. Dibidang ekonomi, Umar Bin Abdul Asiz membuat kebijakan-kebijakan yang melindungi rakyat kecil. Pada masanya, orang-orang kaya membayar zakat, sehingga kemakmuran benar-benar terwujud. Dikatakan, waktu itu penerima zakat sulit ditemukan dikarenakan kemakmuran yang merata.
Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan, Umar bin Abdul Azis selalu didepan. Sebelum menyuruh orang lain berlaku sederhana, ia lebih dulu bersikap sederhana. Buktinya sebelum menjadi khalifah, Umar biasanya mengenakan pakaian bagus. Namun setelah menjadi khalifah, keadaannya justru terbalik. Ia menolak berbagai fasilitas negara, bahkan harta miliknya dijual, lalu uangnya dimasukkan kebaitul mal (kas negara).
Khalifah Umar Bin Abdul Asiz memiliki berbagai karakter yang menjadikannya pemimpin pilihan yang layak. Beliau orang yang wara’, sederhana, egaliter, tawadhu, telaten, sabar, adil, dan yang tidak kalah penting adalah beliau pembela kaum dhuafa. Khalifah Umar bin Abdul Azis meninggal dunia pada 20 atau 25 Rajab 101 Hijriyah dalam usia 36 tahun 6 bulan. Menurut beberapa riwayat, seperti yang terdapat dalam Tarikh Al-Khulafa’ karya Imam As-Suyuthi, Umar meninggal karena diracun. Dari Riwayat yang ada menjelaskan bahwa menjelang wafat, beliau sempat memanggil pelayan yang memberinya minum dan bertanya kepada pelayan tersebut.
Apa yang mendorongmu memberiku minuman yang berisi racun?” tanya Umar.
” Saya diberi seribu dinar dan dijanjikan akan dibebaskan dari perbudakan “ jawab
Sang pelayan.
Era Modern Bicara soal pemimpin dan kepemimpinan bukanlah sekedar jabatan apa yang dipangku seseorang atau siapa yang menjadi pemimpinnya. Memiliki makna meluas, yaitu yang berkaitan dengan tugas-tugas seorang pemimpin, apa seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan seorang pemimpin dan juga sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengatasi persoalan yang kompleks.
“Herny Pratt Faiechild ” menjelaskan bahwa pemimpin adalah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisasikan atau mengontrol upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas – kualitas persuasifnya dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya. Sedangkan “Menurut Sutarto” Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalama situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dewasa ini kita telah tahu, dan bukan rahasia umum lagi bahwa krisis kepemimpinan terjadi pada banyak pemimpin. Pemimpin hendaknya berprilaku adil, bijaksana, bermoral dan sudah seharusnya memberikan contoh yang baik untuk masyarakatnya. Pemimpin yang yang baik seharusnya mengayomi masyarakat, mensejahterakan masyarakat, dan meningkatkan perekonomian wilayah miliknya. Diantara beberapa pemimpin yang ada saat ini masih mementingkan dirinya, sehingga kesejahteraan rakyatpun terabaikan. Hal seperti ini yang mengakibatkan banyak dari masyarakat sekarang kurang percaya bahkan tidak percaya kepada seorang pemimpin. Perbaikan akan terjadi dan nilai nilai pemimpin terdahulu yang menjadi teladan pemimpin kembali bila :
Mengedepankan nilai keagamaan
Seorang pemimpin hendaknya mengedepankan nilai keagamaan. Karena jika pemimpin tersebut mimiliki nilai nilai agama yang kuat dalam arti kuat dalam ketaatannya kepada Tuhan, maka hal-hal penyimpangan yang tidak sesuai dengan kewajiban atau tugas-tugasnya tersebut tidak akan terjadi. Ini bisa dijadikan salah satu peryaratan penting oleh seorang calon pemimpin. Bukan hanya wajib beragama tetapi wajib juga beliau mengerti dan taat kepada Tuhannya.
Dapat memimpin dirinya sendiri
Seseorang harus bisa memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain. Agar didalam memimpin tidak ada keraguan dalam bertindak. Jika pemimpin tersebut percaya diri maka tidak akan terpengaruh oleh rayuan-rayuan penyelewengan terhadap otoritas kepemimpinannya.
Memperbaiki moral
Krisis kepemimpinan berakar dari rendahnya moral para pemimpin. Penyelesaian dari rendahnya moral para pemimpin ini dengan menggunakan prinsip al akhlaqul karimah. Prinsip ini meliputi ash shidqu (benar), al wafa bil’ahd (tepat janji), ta’awun (tolong menolong), al’adalah (keadilan), dan istiqamah (konsisten).
Meningkatkan kualitas pendidikan
Memperbaiki suatu pola kepemimpinan yang sesuai nilai nilai keislaman bukanlah sesuatu yang mudah dan instan akan tetapi memerlukan waktu yang relatif lama. Salah satunya kita perbaiki kualitas Pendidikan yang unggul dan islami, agar kelak menciptakan generasi muda yang dapat memberikan warna baru dalam memimpin. Sehingga pemasalahan kepemimpinan yang menyimpang ini dapat terselesaikan.
Berdasakan dari beberapa nilai diatas dapat disimpulkan bahwasanaya kita tidak akan bisa merubah suatu keadaan sebelum kita merubah diri kita sendiri lebih dahulu. Kepemimpinan yang baik akan terwujud dan tercapai bila semua orang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai yang di teladani oleh para pemimpin terdahulu yang berpedoman kepada Alqur’an dan Assunnah, baik itu untuk dirinya sendiri sebagai pemimpin maupun untuk masyarakat disekitarnya. Apabila nilai nilai kebaikan yang kita teladani dari pada pendahulu bisa diwujudkan di jaman sekarang, maka bisa dipastikan bahwa kesejahteraan dan eadilan akan merata.
oleh : Bahari (20211050030) Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Advisor : Erna Rochmawati, S.Kp., Ns., MNSc., M. Med. Ed., Ph.D
Komentar
Komentar ditutup.