Sumbawa Barat – Netizen yang biasa disebut warganet atau warga masyarakat yang aktif di media sosial semakin “garang” dengan berbagai komentarnya menyoroti masalah yang ada di Sumbawa Barat khususnya.
Palatform Media Social Facebook menjadi tempat yang paling digandrungi netizen di daerah ini, guna menyampaikan berbagai argumen dan tanggapannya terhadap persoalan pembangunan di bumi pariri lema bariri.
Sikap kritis netizen ini dinilai Juadi Majid dari Kamutar Telu Institue sebagai dinamika biasa, menurutnya berbagai komentar netizen dengan segala kritikannya menunjukkan bahwa masyarakat KSB memiliki semangat peduli atas daerahnya.
” Dalam iklim demokrasi kita, komentar kritis dari masyarakat itu harus dilihat sebagai cambuk positif atau motivasi bagi pemerintah, untuk berbuat lebih baik kedepan dalam fungsinya sebagai eksekutor pembangunan,” ujar Juadi.
Hanya saja menurut Juadi, Pemerintah jangan melihat ini sebagai sebuah ancaman apalagi penentu kebijakan yang ada harus Buper.
Bagaimanapun dikatakannya, era sekarang adalah era keterbukaan dan kebebasan berpendapat apalagi didukung perangkat teknologi yang semua warga nyaris bisa akses.
” Jadi Pemerintah harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada, cepat tanggap terutama menjelaskan masalah kekinian yang terjadi,” imbuh Juadi.
Namun ditegaskan Juadi, kebebasan berpendapat hendaknya jangan sampai kebablasan sebab disatu sisi ada hukum yang mengatur.
Ujaran kebencian, menyerang pribadi apalagi mencemarkan nama baik seseorang jelas selain melanggar norma sosial ada payung hukum yang mengatur.
” Dalam hal ini kita percaya kepada aparat Kepolisi terutama bagian Siber yang mengontrol dan terus melakukan patroli digital, jangan sampai kalau kemudian ini dibiasakan bisa jadi budaya tidak baik, Polisi harus kontrol terutama pengguna medsos yang bersembunyi dibalik akun palsu harus dipantau biasanya ini yang suka kebablasan, padahal kami yakin Polisi punya cara deteksi, jadi perlu hati-hati,” ungkap Juadi.
Pantauan media, pengguna medsos yang umumnya ditenggarai melanggar hukum didominasi akun anonim alias akun palsu.
Pemilik akun anonim ini, biasanya muncul membawa kepentingan tertentu dan kerapkali tampil diajak diskusi terbuka terutama di group Facebook yang ada.(K1)