oleh

Konstribusi Majapahit Terhadap Kebudayaan Kerajaan – Kerajaan di Samawa

Oleh : Bamz Bulaeng / Bambang Hardi Sasbita.

Saat mendengar kata Majapahit, ingatan kita mungkin akan kembali ke penjelasan guru sejarah kita semasa dibangku sekolah yang menerangkan bahwa Majapahit adalah kerajaan besar yang berpusat di Jawa Timur.

Majapahit merupakan suatu kerajaan yang begitu melegenda dikalangan masyarakat Indonesia. Dimana dalam ingatan masyarakat , Majapahit diabadikan Sebagai sebuah kerajaan dengan luas wilayah yang cukup besar.

Adanya literasi yang tercecer pada artefak-artefak sejarah, membuat akurasi perkiraan para sejarahwan yang mencoba memperkirakan keadaan Kerajaan Majapahit kala itu berhasil masuk dalam perhitungkan dunia. Sebab beberapa penemuan akan Keberadaan Kerajaan Majapahit untuk sementara telah mampu mengegerkan dunia sejarah dunia .

Meski sebenarnya memang masih diperlukan pengkajian secara terus-menerus untuk mendapatkan setidaknya hasil penelitian yang mendekati Fakta .

Dari hasil penelitian sementara ini, Beberapa sumber terpercaya menyebut kerajaan Majapahit berkuasa cukup lama, sekitar tahun 1293 sampai 1500 M. Namun Raja yang sangat terkenal diketahui bernama Hayam Wuruk atau disebut juga Rajasanagara yang ketika itu memerintah Sebagai Maharaja di Kerajaan Majapahit pada 1350-1389. Pada puncak kejayaannya, Hayam Wuruk juga turut dibantu oleh seorang Mahapatih .

Dimana dia diberi wewenang untuk mengatur Segala urusan Pertahanan Negara . Mahapatih yang terkenal dengan sumpah Palapa nya itu bernama Gajah Mada (1313-1364).

Majapahit meraih Masa keemasannya pada saat kepemerintahan Hayam Wuruk bersamaan dengan Popularitas prestasi Gajah Mada inilah Kerajaan Majapahit Berhasil menduduki Tahta Puncak kegemilangan kerajaan kala itu.

Kala itu Wilayah yang dikuasainya pun mencakup seluruh wilayah nusantara . Seperti Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Sulawesi. Adapun di Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, dan papua, sekitar 98 kerajaan pada saat itu ada pada genggaman Majapahit. Dimana rata-rata kerajaan tersebut ditaklukkan dengan cara melakukan ekspansi militer dan jalur diplomasi.

Sebagai Kerajaan yang Mendominasi, Majapahit yang menguasai wilayah Nusantara juga ikut andil dalam lahirnya akulturasi maupun asimilasi Budaya Daerah yang ditaklukannya.

Majapahit seperti telah menanamkan pengaruh yang besar dalam perkembangan peradaban di wilayah Nusantara dalam berbagai aspek pemerintahan. Tak terkecuali Kebudayaan Tau Tana Samawa yang saat itu masih dalam bentuk kerajaan-kerajaan terpisah ( cikal bakal terbentuknya Kesultanan Sumbawa).

Lalu Mantja dalam bukunya ” _sumbawa pada masa lalu_ “, menggambarkan hubungan yang terjalin antara kerajaan diSumbawa dan Majapahit dapat terlihat dalam struktur pemerintahan yang “diwariskan” oleh majapahit melalui empat kitab pedoman dalam menjalankan pemerintahan. Lalu mantja menguraikan bahwa pada masa pemerintahan kerajaan/kedatuan Dewa Awan Kuning di Sampar Semulan (moyo hulu), Raja pernah berkunjung ke ibukota majapahit di jawa pada perkiraan tahun 1331-1364 M.

Raja majapahit pada waktu itu adalah Hayam Wuruk yang memeberikan empat buah kitab untuk menjadi pedoman dalam menjalankan pemerintahan yaitu kitab Palakera ,Cangkul Muda, Raja Niti dan Raja Kutara.

Apabila informasi yang disampaikan lalu mantja dalam bukunya adalah benar, maka kehidupan bermasyarakat dan jalannya kepemerintahan kerajaan-kerajaan di samawa dapat diperkirakan telah dijalankan dengan tata sistem yang sama atau hampir sama dengan yang diterapkan oleh Kerajaan Majapahit . kerajaan/ Negara / wilayah taklukan Majapahit yang bercorak Hindu seperti beberapa Kerajaan yang ada disumbawa, terdapat padanan kata dengan beberapa hal dalam pemerintahan kerajaan khususnya sumbawa.

Yang menurut interprestasi penulis memiliki keterkaitan dengan Majapahit atau Sriwijaya atau Hindu Budha di antaranya:

A . Gelar Datu

Datu adalah sebuah gelar bagi seorang Raja DiSumbawa, seperti halnya Datu Taliwang, Datu Jereweh, Datu Gunung Galesa Atau Gelar Adat dikerajaan lainnya yang ada di wilayah sumbawa . Dato atau Datu atau Datuak dikalim berasal dari bahasa sansekerta. Artinya orang yang mulia. Seperti juga halnya Datu Maharaja, dimana merupakan gelar yang disematkan kepada pimpinan tertinggi kerajaan Sriwijaya saat itu. Datu sama dengan ratu atau raja, sehingga kedudukan Datu di kadatuan sama dengan Raja di Keraton atau Raja Kerajaan .

B. Gelar Rangga

Rangga atau Datu Rangga adalah gelar untuk pejabat selevel perdana menteri di kerajaan Sumbawa. Seperti Di masa pemerintahan Sultan Muhammad Kaharuddin III misalnya. Jabatan Datu Rangga dipegang oleh pejabat yang bernama Abdul Madjid Daeng Matutu. Tidak ditemukan pejabat “Rangga” pada sistem pemerintahan kerajaan di wilayah Nusantara selain gelar “Rakryan Rangga” pada Kerajaan Majapahit yang cukup identik dengan itu. Rakryan Rangga merupakan pejabat pelaksana pemerintahan wakil panglima tentara Kerajaan.

Salah satu tokoh majapahit yang ada kaitannya dengan Sumbawa adalah Rangga Lawe. Rangga Lawe diketahui merupakan nama pemberian Raden Wijaya kepada anak bupati sumenep karena jasanya yang pernah menyediakan 27 ekor kuda dari Sumbawa sabagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Raja Kediri.

Selain terdapat pada gelar-gelar tersebut diatas, pengaruh budaya Hindu-Budha juga diperkirakan turut mempengaruhi upacara-upacara adat baik diruang lingkup kerajaan/masyarakat Samawa sendiri, seperti urusan kalahiran atau juga
Kematian.

Tak hanya sampai disitu, konsep pembangunan/penataan tata ruang istana sumbawa juga turut dihubung-hubungkan dengan pengaruh kerajaan Majapahit . Seperti Konsep “alun-alun” atau lapangan istana misalnya. Dimana seperti yang dulukiskan Mpu Prapanca dalam kitab ” _Negarakertagama_ ” bahwa disekitar keraton Kerajaan Majapahit terdapat 2 buah alun-alun yaitu alun-alun Bubat, dan alun-alun Waguntur dengan luas hampir mencapai 1km. Alun-alun atau lapangan yang dalam bahsa Sumbawa disebut “Lenang” juga ditemukan dalam tata Kota Kerajaan Sumbawa yang terletak antara bangunan masjid dan Istana Kerajaan yang dikenal dengan nama “Lenang Lunyuk”.

Adanya bukti fisik tentang keberjayaan Majapahit, telah mengundang lirikan beberapa pihak yang menjadikannya acuan teori-teori baru terkhususnya dibidang kebudayaan satu komunitas masyarakat yang ada dalam wilayah Nusantara. Walaupun sebenarnya diperlukan pengkajian lebih mendalam serta diperlukan juga bukti-bukti yang turut menguatkan selain daripada catatan yang ditinggalkan Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakertagama .

Sedikitnya bukti sejarah tentang Majapahit yang bisa dijadikan kilas balik. Membuat teori-teori yang dihasilkan perlu dipertimbangkan kembali . Tanpa bukti yang mumpuni maka imajinasi para penikmat catatan sejarah, Majapahit tak ubahnya seperti ditelan bumi.

Untuk sementara Majapahit lebih banyak meninggalkan mitos dan cerita folklore. Peninggalan bekas kerajaan yang tersohor bahkan sampai masuk dalam pertimbangan pengkajian Sejarahwan dunia ini , masih memerlukan penguat untuk mendukung kebenaran eksistensinya yang sampai sekarang masih minim ditemukan. Lokasi persis di mana pusat kerajaannya pun masih menjadi misteri. Serta lirasi kunonya pun masih diperlukan penguat , untuk menambah bobot dari kebenaran yang disampaikan Nagarakertagama sebagai bukti yang harusnya menjadi catatan sejarah yang faktual.

Kebudayaan kerajaan-kerajaan Di Sumbawa Mendapat Pengaruh Kerajaan Majapahit ?
Bagaimana menurut anda ?

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 komentar

  1. Ping-balik: Tess & Tobi