oleh

Gempa Besar Tanggal 26 Besok Ditepis Ahli

KMCNews, Taliwang – Sejak diguncang gempa dahsyat berkekuatan 6,9 magnitudo pada Minggu Malam (19/8) lalu, psikologi masyarakat Sumbawa Barat masih belum stabil. Ditengah ketidakstabilan itu, ketakutan pun kembali menghantui mereka saat isu maling berhembus kencang, tapi tegas ditepis Kepolisian setempat.

Kini masyarakat kembali resah dengan santernya informasi akan adanya Gempa Besar di hari Minggu tanggal 26 besok.
Raden Tazani Prasetya seorang ahli kegempaan yang kini tengah melakukan riset disertasi Doktor di Fakultas Geologi UGM tentang Gempa Bumi terutama di Pulau Lombok mengatakan, segala kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam pesan berantai yang viral itu merupakan bentuk pemelintiran informasi yang secara sengaja dibuat. Informasi seperti itu selayaknya dianggap sebagai berita biasa, dan sangat tidak perlu diberi perhatian lebih, apalagi diikuti menjadi sebuah kekhawatiran.

” Masyarakat tidak perlu khawatir, informasi seperti itu hanyalah menyambungkan sebuah kebetulan-kebetulan yang terjadi, mencoba sedikit memaknai, namun lebih banyak membuat sensasi. Untuk itu masyarakat janganlah menambah beban diri sendiri dengan ikut terlarut dengan maksud informasi seperti itu,” kata Raden saat berbicara dengan KMCNews melalui jaringan sesularnya, Sabtu (25/8)sore.

Putra asli Desa Gubug Baru Kabupaten Lombok Utara itu menegaskan, hingga saat ini belum ada hitungan atau perumusan yang bisa dipertanggung jawabkan bahwa pengulangan tanggal itu adalah sebuah keniscayaan. Apa lagi gempa di bumi sudah terjadi sejak jutaan tahun yang lalu dan terjadi hampir setiap saat. Maka jelas hal itu tidak dapat dihubungkan dengan beberapa kebetulan yang terjadi pada tanggal 26.

“ Bagaimana rumusnya hingga bisa menyimpulkan Tanggal 26. Lalu bagaimana halnya dengan gempa yang terjadi pada tanggal 29 Juli, 5 Augustus dan bencana gempa Tanggal 19 Agustus lalu?. Kalau dihubung-hubungkan ya bisa-bisa saja. Tapi jelas ini tidak ada hitungannya secara keilmuan,” ujarnya.

Ia mengaku sependapat dengan Badan Meteorologi Klimatoligi dan Geofisika (BMKG) tentang dorongan yang menyebabkan gempa 6,9 magnitudo yang mengguncang NTB pada Minggu malam pukul 21:56 WIB dipicu oleh rangkaian gempa-gempa kuat di pulau tersebut sejak akhir Juli yang berkekuatan magnitudo 6,4; magnitudo 7,0; magnitudo 6,3; dan magnitudo 5,9. Gempa tersebut adalah gempa baru dan bukan gempa susulan dari gempa dengan magnitudo 7,0 pada 5 Agustus lalu.

Sumber gempa baru ini sejak Minggu malam hingga Senin pagi sudah memicu 88 kali gempa susulan dengan magnitudo lebih rendah. Delapan gempa susulan cukup kuat dan getarannya dirasakan oleh masyarakat. Sebaran episenter gempa yang mengikutinya membentuk kluster episenter ke arah timur di laut hingga di sebelah utara Sumbawa Barat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gempa yang terjadi tersebut merupakan aktivitas gempa baru yang berbeda dari gempa berkekuatan magnitudo 7,0.
Dua gempa besar tersebut selanjutnya memicu rekahan Bumi di beberapa tempat. Rekahan batuan terjadi pada satu sistem sesar yang sama, yakni Sesar Naik Flores. Aktivitas kedua gempa kuat semacam ini disebut sebagai gempa kembar, mengingat kekuatannya tidak terpaut besar, lokasi dan kedalamannya yang berdekatan, serta terjadi dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama.

Tetapi jika melihat banyaknya rangkaian gempa kuat yang terjadi maka boleh saja menyebutnya sebagai aktivitas multi gempa atau multiplet earthquakes.

Ia kembali menegaskan informasi akan adanya Gempa Besar pada tanggal 26 tersebut tidak benar (Hoaks). Prediksi-prediksi itu hanya merupakan koinsiden atau sebuah kebetulan yang terjadi dalam waktu yang sama, namun hingga saat ini tidak dapat dibuktikan secara empiris.

“Di sinilah letak perlunya kedewasaan kita untuk menangkap dan memahami apakah sebuah informasi itu dapat dipercaya atau tidak. Untuk itu masyarakat tidak hanya menggunakan IQ, tetapi juga sense dan EQ dalam memahami sebuah informai, sehingga tidak terjerembab dalam berita hoax. Hoax baik dalam bentuk kebenaran beritanya atau hoax dalam kebenaran maksudnya,”demikian Raden. (K. SZI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar

  1. Ping-balik: BAUC
  2. Ping-balik: next