oleh

Bulog Dinilai Belum Maksimal, Harga Jagung Masih Ada yang Anjlok hingga Rp 2.800 per Kg

Sumbawa Barat — Di tengah musim panen raya yang sedang berlangsung masif di Kabupaten Sumbawa Barat, petani dihadapkan pada situasi memprihatinkan hasil panen melimpah, namun harga jatuh dan kehadiran negara melalui Bulog dinilai belum optimal. Petani kembali tertekan oleh permainan harga pasar yang ternyata masih dikendalikan tengkulak.

Harga jagung yang hanya dibeli Rp 2.800 per kilogram oleh tengkulak menjadi sorotan tajam, padahal pemerintah telah menetapkan harga dasar sebesar Rp 5.500 per kilogram untuk kadar air (KA) 14%. Ketimpangan harga ini membuat petani nyaris tanpa ruang bernapas secara ekonomi.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sumbawa Barat, Abdul Azis, menyayangkan lambannya gerak Bulog dalam menyerap hasil panen petani, terutama jagung. Dalam hearing bersama DPRD beberapa waktu lalu, ia menilai Bulog belum menjalankan fungsinya secara maksimal di lapangan.

“Petani sudah panen, harga jagung jatuh, tapi Bulog masih beralasan ‘menyiapkan tempat’. Ini sangat merugikan petani,” ujarnya.

Tak hanya itu, Azis juga mengungkapkan kendala transportasi sebagai salah satu hambatan utama dalam pengangkutan hasil panen oleh Bulog. Menurutnya, faktor ini turut memengaruhi kelambanan serapan serta menyebabkan harga komoditas tidak stabil di lapangan.

“Bulog sebenarnya bisa menyerap lebih cepat, tapi mereka terkendala transportasi. Akhirnya petani terpaksa menjual ke tengkulak yang datang langsung ke lokasi panen. Kalau ini tidak segera diatasi, petani akan terus jadi pihak yang dikalahkan,” jelasnya.

Sementara itu, untuk komoditas gabah, dikatakan Azis Bulog disebut masih konsisten membeli dengan harga Rp 6.500 per kilogram, sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Namun fakta di lapangan menunjukkan, tengkulak masih membeli di bawah harga tersebut, yakni antara Rp 5.700 – Rp 6.000, yang tentu saja menekan margin keuntungan petani.

Baca Juga :  Malam Pergantian Tahun, Korem 162/WB Gelar Do'a Bersama

Tokoh masyarakat Sumbawa Barat, Agus S.H., M.M.Inov, turut menyoroti kondisi ini. Ia menekankan bahwa keberpihakan harus hadir secara konkret, bukan sekadar lewat kebijakan di atas kertas.

“Saat ini sedang masifnya panen raya di Kabupaten Sumbawa Barat. Gabah melimpah, hasil panen surplus. Pemerintah lewat Bulog yang dikawal Babinsa dan PPL sudah membeli dengan harga HPP Rp 6.500/kg ini pembelian yang pro rakyat, pro petani. Tapi harus betul-betul dapat diamankan oleh Bulog agar rakyat petani benar-benar sejahtera,” kata Agus.

Pimpinan Cabang Perum Bulog Sumbawa, Zuhri Hanafi, menyatakan bahwa harga dasar jagung memang telah ditetapkan sebesar Rp 5.500 per kilogram (KA 14%), dan menegaskan bahwa tengkulak seharusnya mengikuti standar tersebut, baik untuk jagung maupun gabah.

“Untuk harga gabah Rp 6.500, petani untung, tengkulak juga masih bisa ambil margin. Bahkan mitra Bulog membeli Rp 6.600. Tapi masih saja ada yang main harga, ini yang harus diawasi,” ujar Zuhri kepada KMC Media Group sebelumnya.

Menanggapi keluhan soal kekurangan personel di lapangan, Zuhri menyampaikan bahwa Bulog telah melakukan penambahan tenaga outsourcing (OS) untuk memperkuat tim serap hasil panen dan distribusi.(K1)