oleh

Merkuri dan Masa Depan Pariwisata KSB

KMCNews, – Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki potensi Pariwisata yang luar biasa menjanjikan jika dikembangkan dimasa mendatang, berbagai destinasi tersedia di Bumi Pariri Lema Bariri, mulai dari wisata gunung, pantai dan ombaknya, air terjun, belum lagi potensi wisata budaya dan wisata kuliner sudah selayaknya menjadi perhatian para pelancong dari berbagai belahan dunia.

Berbagai event berskala International pun kerap kali digelar di daerah ini dalam beberapa tahun terakhir seperti, Selancar dan Paralayang, harapannya dengan event ini bisa membuka mata para peserta event tersebut,  agar melirik Sumbawa Barat sebagai tujuan wisata sehingga kemudian mereka bisa kembali ke daerah ini bersama rekan dan kerabatnya.

Selain upaya tersebut, seiring pengembangan Pulau Lombok sebagai tujuan wisata kelas dunia yang dibangun pemerintah pusat lebih khusus di kawasan Mandalika, tentu menjadi potensi tersendiri bagai sejumlah wilayah lainnya di Kabupaten/Kota di NTB tak terkecuali Sumbawa Barat dimasa mendatang.

Apalagi belum lama ini Pemerintah Provinsi telah membuka jalur penerbangan langsung menuju Lombok dari Pert Australia, kurang lebih 2000 sebulan wisatawan akan berkunjung ke NTB, belum lagi upaya getol Pemerintah dalam membuka rute-rute baru penerbangan menuju NTB.

Bagi Kabupaten Sumbawa Barat sendiri, pengembangan sektor Pariwisata memang masih memiliki beragam tantangan dan kendala yang dihadapi, mulai dari penyiapan Sumber Daya Manusia, sarana transportasi, infrastruktur penunjang dan tak kalah penting tantangan yang paling serius adalah masalah lingkungan hidup yang memastikan para wisatawan betah dan ingin berlama-lama.

Khusus mengenai lingkungan hidup ini, kondisi riil yang ada di Sumbawa Barat saat ini adalah dengan adanya tambang rakyat tanpai ijin (PETI) dengan menggunakan bahan berbahaya seperti Merkuri dan sianida.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Parbud) melalui Kabid Destinasi Pariwisata, Abdul Munir pada media mengatakan, bahwa kesehatan lingkungan menjadi salah satu faktor pendukung utama pengembangan destinasi pariwisata. Untuk itu, semua komponen di harapkan bergerak memerangi penggunaan bahan kimia.

“Kita ketahui bersama, bahwa cukup banyak aktifitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di KSB. Kegiatan itu erat hubungannya dengan penggunaan merkuri-cairan logam berat memisahkan emas dari lumpur pasca gelondong,” ujarnya.

Secara kasat mata, lanjut Munir, aktifitas PETI tidak ada kaitannya dengan kepariwisataan. Kegiatan tersebut lebih kepada aspek lingkungan dan juga penambagan atau mining underground. Tetapi, menurutnya kalau sudah menjurus kepada pencemaran hingga menyebabkan kerusakan lingkungan, maka akan menjadi pertimbangan wisatawan berkunjung ke bumi penghasil emas ini.

Pemerintah sejatinya intens memberi pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya penggunaan Hydrargyrum (bahasa latin merkuri) terhadap lingkungan serta mengancam kesehatan manusia.

Berdasarkan hasil uji labolatorium sampel air di salah satu titik di Kecamatan Taliwang, bulan Juli tahun 2013 oleh Dinas KPP Sumbawa Barat, konsentrasi logam Mercuri dalam air 0,466 mg/l. Angka tersebut terpaut jauh dari angka baku mutu yang distandarkan sebesar 0,001 mg/l.

Masalah ini ibarat bom waktu yang kehadirannya akan merusak sendi kehidupan untuk jangka panjang dimana generasi mendatang akan menerima resiko jika ini terus berlanjut.

Pemerintah RI sendiri mencanangkan bahwa tahun 2030 mendatang, Indonesia terbebas dari emisi Merkuri. Untuk mendukung rencana mulia tersebut, anggota legislatif Senayan dan eksekutif tahun 2017 lalu menerbitkan Undang-Undang (UU) nomor 11 tahun 2017 tentang Pengesahan Minamata Convention on Merkuri.

Target tersebut seyogyangnya terus di kawal segenap elemen, karena PETI dan penggunaan merkuri itu sendiri ditemukan bukan hanya di KSB, tapi tersebar di lembaran tanah tanah Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Marauke.

Namun disisi lain kehadiran PETI itu sendiri memberikan danpak ekonomi yang cukup signifikan di tengah masyarakat, sehingga saat ini sudah sepatutnya menjadi perhatian adalah bagaimana Pemerintah memberikan solusi, keberlangsungan PETI tanpa bahan berbahaya atau memikirkan alternative baru dalam pengembangan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.(*)

[xyz-ihs snippet=”Tes”]

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 komentar

  1. Ping-balik: Bilad Alrafidain
  2. Ping-balik: ??????????????????
  3. Ping-balik: ??????? ais fiber